Selasa, 29 Oktober 2013

SELALU MENGENANG DIA

         Kalau mendengar suara ambulans, pasti memori dikepala selalu ingat sama orang itu. Kalau melihat bendera kuning pasti selalu sedih mengenang kenangan yang dulu. Kalau lagi sendiri dan melamun pasti akan terbayang saat-saat terakhir melihatnya.
Dia itu adalah HASNAN HABIB KARIM.
       Habib, biasa saya manggil namanya. Dia adalah saudara saya dan teman dari TK. Yup, kami lahir ditahun yang sama, tapi saya lebih tua beberapa bulan. Rumah kami sangat berdekatan, hanya beberapa langkah saja. Sebenarnya saya tidak pernah dekat dengannya, apalagi kalau dirumah. Tapi kalau disekolah kami bisa dibilang dekat.
         Saya selalu bareng dia ketika berada di sekolah, sifat kami berdua sama yaitu cengeng. Kalau di ingat-ingat lucu kalau dia itu cengeng, secara dia itu cowok loh hahaha.
      Hari pertama masuk sekolah dasar, banyak orang tua yang mengantar anaknya. Teman-teman saya tidak menangis jika orang tua mereka berada di luar ruang kelas. Tapi tidak dengan kami berdua, kami menangis sejadi-jadinya ketika orang tua kami meninggalkan ruang kelas (padahal cuma mau diluar kelas dan melihat anaknya dari jendela). Akhirnya gurupun mengizinkan untuk orang tua kami tetap berada didalam kelas.
     Kami berdua selalu main bersama dan kami sering bereksperimen (biarpun menyiksa hewan). Pernah kami bermain masak-masakkan, kalau anak-anak pada umumnya hanya menggunakan daun-daun atau tanah saja. Tapi itu tidak buat kami, saya mempunyai tempat masak-masakkan berbahan dasar alumunium, lalu kami beri air didalam tempat tersebut, kemudian kami memasukkan apa saja yang kami lihat (daun, tanah, ranting pohon, cacing, dll) dikebun belakang rumahnya. Cacing yang kami masak pun berubah warnanya menjadi putih (kasian banget loh kalau diinget). Dan kalian tau kami memasak bukan menggunakan kompor minyak, kompor gas ataupun kompor listrik, tapi kami membuat api sendiri dengan banyak kertas yang kami bakar. Dan pada akhirnya habib dimarahin sama mamanya.
        Saya sering bermain dengan habib, banyak permainan yang kita main kan, dari permaianan fisik seperti sepak bola, layangan, kuda tomprok, main karet, sampe main bola bekel. Kalau bermain sepak bola saya selalu menjadi kipper, dan habib itu ga kira-kira kalau nendang bola, ibaratnya dia itu main bukan sama perempuan tapi sama laki-laki. Kalu bermain layangan kami selalu mengadu layangan kami, kalau salah satu dari layangan kami itu putus maka kami langsung mengejar layangan yang putus tersebut. sampai-sampai mama saya langsung menjual gelang kaki saya, katanya dari pada hilang mendingan dijual aja. Kalau permaianan karet, saya selalu menang (yaiyalah saya kan perempuan), tapi kalau permaianan bola bekel saya pasti selalu kalah. Huufftt
          Masa-masa itu hanya berlangsung sampai kelas 6 SD saja, hal tersebut karena habib akan di pesantren oleh kedua orang tuanya. Selama SMP, kami sudah jarang bertemu, sudah jarang main (mungkin udah pada besar kali ya,, jadinya malu) hehehe. Hal tersebut berlangsung sampai SMA kelas 9.
         Selama kelas 9 kami sudah mulai sibuk mempersiapkan ujian kelulusan,, Akhirnya ujian pun telah berakhir, dan tinggal mempersiapkan ujian untuk masuk perguruan tinggi.
         Tanggal 22 Juni 2009, seperti biasa saya hanya menonton televisi, sekitar jam 16.00 tiba-tiba pintu rumah saya ada yang mengetuk. Sebelum saya membuka, orang tersebut sudah membuka duluan, dengan terengah-engah dan menahan kesedihan dia pun berkata pada ayah saya, “Om Ma’mun, habib udah ga ada, habib udah ga ada lagi om”. Ayah saya ga ngerti maksudnya nya udah ga ada itu apa,, Lalu orang tersebut melanjutkan pembicaraannya lagi sambil menangis,” habib udah ga ada, habib meninggal om, habib meninggal, habib kecelakaan tadi”. Ayah saya pun kaget, saya dan keluarga yang lain langsung keluar menemui orang tersebut, dan lansung minta penjelasan. Orang tersebut berkata,” sekarang habib lagi dirumah sakit, habis itu langsung dibawa kerumah.” Tanpa basa-basi kami pun lansung pergi kerumahnya.
        Rumah habib sudah banyak orang, mereka menunggu kedatangan jenazahnya, ibunya ada dirumah sakit, sedangkan ayahnya sedang di jalan pulang dari kantor, kakak-kakaknya pun tidak bisa menahan kesedihan lagi. Dan saya pun tiba-tiba menangis tanpa henti.
         Beberapa menit kemudian mobil jenazah pun datang, bukannya saya membantu saya malah tambah keras menangis. Dalam hati saya bayak pertanyaan yang muncul,”kenapa bisa kaya gini sih bib? Emangnya kapan pulang ke Jakarta? Kenapa harus lo yang pergi duluan???”
        Jenazah pun sudah diletakkan diatas tempat tidur. Saya membuka penutup kain, dan betapa kasiannya saya melihat badan yang tergores aspal, perut yang membiru, kepala yang penuh darah, muka yang lusuh, bibir yang pucat, dan kaki yang berlumur darah. Saya melihatnya saja sudah tidak kuat, apalagi keluarganya pasti mereka sangat sangat sangat kehilangan.
       Ayahnya pun pulang dengan wajah yang tidak karuan, hal yang pertama dilakukan adalah melihat jenazah anaknya yang terbujur kaku, lalu langsung menyalahkan ibunya, karena menurut dia ibunya telah member izin habib untuk pergi bersama teman dengan menggunakan motor.
Kronologi kejadiannya:
       Setelah menyelesaikan ujian sekolah, habib berkunjung kerumah pak de nya di wonosobo pada hari jum’at Biasanya saat sholat jum’at dia mengenakan sarung, tapi pada saat itu dia tidak ingin mengenakan sarung, tapi malah menggunakan celana jeans baru untuk idul fitri. Hari sabtunya habib lansung ke Jakarta, dan sampai di Jakarta hari minggu. Pada hari minggu, habib hanya dirumah saja, mengobrol dengan semua keluarganya, bercanda dengan keluarganya dan bermanja dengan kedua orang tuanya dan kakak-kakanya. Pada hari senin pagi, dia ingin pergi dengan temannya, dia pun pergi menggunakan motor matic merahnya. Habib yang mengendarai motor dan temannya yang membonceng dibelakang. Pada saat di daerah ciputat, habib ingin belok kanan, tapi tidak tau kenapa motor yang di kendarainya menabrak trotoar, dan dia pun terseret hampir 500 meter, perutnya mengenai stang motor, kepalanya mengenai trotoar. Mereka berdua pun langsung dibawa kerumah sakit, pada saat dibawa habib masih ada, tapi pada saat dirumah sakit habib sudah tidak tertolon lagi. Kata dokter bahwa yang luka dibagian kepala sudah sulit diobati lagi.
        Balik lagi kecerita, keesokan paginya sekitar jam 10 habib dikebumikan di tempat makam kakek. Selama beberapa minggu setelahnya, ayah habib tidak mau mengobrol dengan istrinya.
Terkadang kenangan bersama nya diwaktu kecil membuat hati bersedih dan menangis.
HABIB, TAU GA?? MARSHI ITU KANGEN BANGET SAMA HABIB. SEMOGA KEHIDUPAN HABIB DISANA LEBIH MEMBUAT BAHAGIA YA? DAN HARUS HABIB TAU KALAU MARSHI AKAN SELALU INGET TENTANG KITA DULU.