Kalau mendengar suara ambulans, pasti memori
dikepala selalu ingat sama orang itu. Kalau melihat bendera kuning pasti selalu
sedih mengenang kenangan yang dulu. Kalau lagi sendiri dan melamun pasti akan
terbayang saat-saat terakhir melihatnya.
Dia itu adalah HASNAN HABIB KARIM.
Habib, biasa saya manggil namanya. Dia adalah
saudara saya dan teman dari TK. Yup, kami lahir ditahun yang sama, tapi saya lebih
tua beberapa bulan. Rumah kami sangat berdekatan, hanya beberapa langkah saja. Sebenarnya
saya tidak pernah dekat dengannya, apalagi kalau dirumah. Tapi kalau disekolah
kami bisa dibilang dekat.
Saya selalu bareng dia ketika berada di
sekolah, sifat kami berdua sama yaitu cengeng. Kalau di ingat-ingat lucu kalau dia
itu cengeng, secara dia itu cowok loh hahaha.
Hari pertama masuk sekolah dasar, banyak
orang tua yang mengantar anaknya. Teman-teman saya tidak menangis jika orang
tua mereka berada di luar ruang kelas. Tapi tidak dengan kami berdua, kami
menangis sejadi-jadinya ketika orang tua kami meninggalkan ruang kelas (padahal
cuma mau diluar kelas dan melihat anaknya dari jendela). Akhirnya gurupun
mengizinkan untuk orang tua kami tetap berada didalam kelas.
Kami berdua selalu main bersama dan kami
sering bereksperimen (biarpun menyiksa hewan). Pernah kami bermain
masak-masakkan, kalau anak-anak pada umumnya hanya menggunakan daun-daun atau
tanah saja. Tapi itu tidak buat kami, saya mempunyai tempat masak-masakkan
berbahan dasar alumunium, lalu kami beri air didalam tempat tersebut, kemudian
kami memasukkan apa saja yang kami lihat (daun, tanah, ranting pohon, cacing,
dll) dikebun belakang rumahnya. Cacing yang kami masak pun berubah warnanya
menjadi putih (kasian banget loh kalau diinget). Dan kalian tau kami memasak
bukan menggunakan kompor minyak, kompor gas ataupun kompor listrik, tapi kami
membuat api sendiri dengan banyak kertas yang kami bakar. Dan pada akhirnya
habib dimarahin sama mamanya.
Saya sering bermain dengan habib, banyak
permainan yang kita main kan, dari permaianan fisik seperti sepak bola,
layangan, kuda tomprok, main karet, sampe main bola bekel. Kalau bermain sepak
bola saya selalu menjadi kipper, dan habib itu ga kira-kira kalau nendang bola,
ibaratnya dia itu main bukan sama perempuan tapi sama laki-laki. Kalu bermain
layangan kami selalu mengadu layangan kami, kalau salah satu dari layangan kami
itu putus maka kami langsung mengejar layangan yang putus tersebut.
sampai-sampai mama saya langsung menjual gelang kaki saya, katanya dari pada hilang
mendingan dijual aja. Kalau permaianan karet, saya selalu menang (yaiyalah saya
kan perempuan), tapi kalau permaianan bola bekel saya pasti selalu kalah. Huufftt
Masa-masa itu hanya berlangsung sampai kelas 6
SD saja, hal tersebut karena habib akan di pesantren oleh kedua orang tuanya. Selama
SMP, kami sudah jarang bertemu, sudah jarang main (mungkin udah pada besar kali
ya,, jadinya malu) hehehe. Hal tersebut berlangsung sampai SMA kelas 9.
Selama kelas 9 kami sudah mulai sibuk
mempersiapkan ujian kelulusan,, Akhirnya ujian pun telah berakhir, dan tinggal
mempersiapkan ujian untuk masuk perguruan tinggi.
Tanggal 22 Juni 2009, seperti biasa saya
hanya menonton televisi, sekitar jam 16.00 tiba-tiba pintu rumah saya ada yang
mengetuk. Sebelum saya membuka, orang tersebut sudah membuka duluan, dengan
terengah-engah dan menahan kesedihan dia pun berkata pada ayah saya, “Om Ma’mun,
habib udah ga ada, habib udah ga ada lagi om”. Ayah saya ga ngerti maksudnya
nya udah ga ada itu apa,, Lalu orang tersebut melanjutkan pembicaraannya lagi
sambil menangis,” habib udah ga ada, habib meninggal om, habib meninggal, habib
kecelakaan tadi”. Ayah saya pun kaget, saya dan keluarga yang lain langsung
keluar menemui orang tersebut, dan lansung minta penjelasan. Orang tersebut
berkata,” sekarang habib lagi dirumah sakit, habis itu langsung dibawa kerumah.”
Tanpa basa-basi kami pun lansung pergi kerumahnya.
Rumah habib sudah banyak orang, mereka
menunggu kedatangan jenazahnya, ibunya ada dirumah sakit, sedangkan ayahnya
sedang di jalan pulang dari kantor, kakak-kakaknya pun tidak bisa menahan
kesedihan lagi. Dan saya pun tiba-tiba menangis tanpa henti.
Beberapa menit kemudian mobil jenazah pun
datang, bukannya saya membantu saya malah tambah keras menangis. Dalam hati
saya bayak pertanyaan yang muncul,”kenapa bisa kaya gini sih bib? Emangnya kapan
pulang ke Jakarta? Kenapa harus lo yang pergi duluan???”
Jenazah pun sudah diletakkan diatas tempat
tidur. Saya membuka penutup kain, dan betapa kasiannya saya melihat badan yang
tergores aspal, perut yang membiru, kepala yang penuh darah, muka yang lusuh,
bibir yang pucat, dan kaki yang berlumur darah. Saya melihatnya saja sudah
tidak kuat, apalagi keluarganya pasti mereka sangat sangat sangat kehilangan.
Ayahnya pun pulang dengan wajah yang tidak
karuan, hal yang pertama dilakukan adalah melihat jenazah anaknya yang terbujur
kaku, lalu langsung menyalahkan ibunya, karena menurut dia ibunya telah member izin
habib untuk pergi bersama teman dengan menggunakan motor.
Kronologi kejadiannya:
Setelah menyelesaikan ujian sekolah, habib
berkunjung kerumah pak de nya di wonosobo pada hari jum’at Biasanya saat sholat
jum’at dia mengenakan sarung, tapi pada saat itu dia tidak ingin mengenakan
sarung, tapi malah menggunakan celana jeans baru untuk idul fitri. Hari sabtunya
habib lansung ke Jakarta, dan sampai di Jakarta hari minggu. Pada hari minggu,
habib hanya dirumah saja, mengobrol dengan semua keluarganya, bercanda dengan
keluarganya dan bermanja dengan kedua orang tuanya dan kakak-kakanya. Pada hari
senin pagi, dia ingin pergi dengan temannya, dia pun pergi menggunakan motor
matic merahnya. Habib yang mengendarai motor dan temannya yang membonceng
dibelakang. Pada saat di daerah ciputat, habib ingin belok kanan, tapi tidak
tau kenapa motor yang di kendarainya menabrak trotoar, dan dia pun terseret
hampir 500 meter, perutnya mengenai stang motor, kepalanya mengenai trotoar. Mereka
berdua pun langsung dibawa kerumah sakit, pada saat dibawa habib masih ada,
tapi pada saat dirumah sakit habib sudah tidak tertolon lagi. Kata dokter bahwa
yang luka dibagian kepala sudah sulit diobati lagi.
Balik lagi kecerita, keesokan paginya sekitar
jam 10 habib dikebumikan di tempat makam kakek. Selama beberapa minggu
setelahnya, ayah habib tidak mau mengobrol dengan istrinya.
Terkadang kenangan bersama nya diwaktu kecil
membuat hati bersedih dan menangis.
HABIB, TAU GA?? MARSHI ITU KANGEN BANGET SAMA
HABIB. SEMOGA KEHIDUPAN HABIB DISANA LEBIH MEMBUAT BAHAGIA YA? DAN HARUS HABIB
TAU KALAU MARSHI AKAN SELALU INGET TENTANG KITA DULU.